Kesurupan???
Fenomena kesurupan atau possesion belakang ini marak diperbincangkan dalam berbagai media, khususnya kasus kesurupan masal yang terjadi di berbagai daerah dan sering menimpa para pelajar sekolah, misalnya kasus kesurupan masal di SMU Pangudi Luhur Yogyakarta atau kasus kesurupan yang menimpa para pekerja di pabrik rokok Bentoel. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengalami semacam trance atau kesurupan tanpa disadari.
Dengan kata lain, dirinya menolak dikatakan trance
atau kesurupan, misalnya pada waktu mereka sedang mengendarai mobil atau
pesawat terbang, nonton TV, nonton sepak bola atau ketika menonton pergelaran
musik. Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak
dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip
Indonesia, kesurupan atau possesion syndrome atau possesion
hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka
kejadiannya kurang lebih 1 – 4% dari populasi umum.
Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan
berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Dengan begitu banyaknya
pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan
fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu
dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh
korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia
perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada,
diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.
Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi
sebenarnya pada awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah
menjadi masal dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi
tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa
yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses kesurupan itu terjadi.
Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi.
Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari
realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.
Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan
sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan
atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan
bagi lingkungannya (histeria massa). Bila dalam satu kelompok remaja ada
seorang yang mengalami kesurupan, yang lain terutama yang punya risiko
kesurupan, akan segera “tertular”. Ini merupakan definisi secara medis. Dunia
kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu
perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh
penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh
suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan
kambuh-kambuhan.
Kesurupan dalam pandangan dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, A. Supratiknya,
Ph.D merupakan refleksi kegagalan yang sedang terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan. Maka pada prakteknya jadi heran kalau kesurupan dikait-kaitkan
dengan makhluk halus. Menurut dia, kesurupan bisa dijelaskan secara rasional.
Kesurupan adalah gejala kejiwaan.
Kalau sekarang orang cenderung mencari jawaban pada paranormal, lonceng kematian bagi akal sehat sedang berdentang. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, sepakat. Seperti ditulis harian lokal Kedaulatan Rakyat, dia yakin kesurupan bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santunan tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa yang disebut folie a deux, yaitu gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain. Mereka kehilangan kepribadian yang asli. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu. Rachmad K.Dwi Susilo yang didapuk untuk menjadi pembicara dalam seminar kali ini menyatakan bahwa kesurupan masal adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. “Masyarakat industri bisa dikatakan juga sebagai kemunculan masyarakat modern dimana menandai berakhirnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Sementara dari perspektif psikologi, kesurupan sendiri sebenarnya telah menjadi kajian psikologi klinis, terutama psikologi abnormal. Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah trans dissosiatif dan trans possession disosiatif. Trans dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedang trans possession dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang dikarakteristikkan dengan penggantian identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?
Kalau sekarang orang cenderung mencari jawaban pada paranormal, lonceng kematian bagi akal sehat sedang berdentang. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, sepakat. Seperti ditulis harian lokal Kedaulatan Rakyat, dia yakin kesurupan bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santunan tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa yang disebut folie a deux, yaitu gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain. Mereka kehilangan kepribadian yang asli. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu. Rachmad K.Dwi Susilo yang didapuk untuk menjadi pembicara dalam seminar kali ini menyatakan bahwa kesurupan masal adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. “Masyarakat industri bisa dikatakan juga sebagai kemunculan masyarakat modern dimana menandai berakhirnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Sementara dari perspektif psikologi, kesurupan sendiri sebenarnya telah menjadi kajian psikologi klinis, terutama psikologi abnormal. Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah trans dissosiatif dan trans possession disosiatif. Trans dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedang trans possession dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang dikarakteristikkan dengan penggantian identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko
lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini terbukti dari
kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin
karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi
dibandingkan laki-laki. Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah
satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi
korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban kesurupan
berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka
yang berisiko untuk kesurupan adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda
yang mudah dipengaruhi. Selain itu, wanita lebih labil ketimbang pria dan
terjadi perubahan dalam jiwanya. Banyak hal bisa menjadi penyebabnya. Antara
lain kondisi keluarga, kondisi sekolah, hubungan pertemanan, sosial politik,
dan masih banyak lagi.
Gejala-Gejala Kesurupan
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara
lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan
terasa ringan, dan ngantuk.
Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek,
tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan
sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada
kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa
dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan
dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang
menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam
keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara
otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan
kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan,
teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik
mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.
Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami
orang kesurupan.
Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari
dirinya tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya.
Kedua being diside, subjek berada dalam dua
keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya.
Stadium ketiga disebut stadium incorporation,
subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami
tidak diingatnya.
Kesurupan dapat pula diartikan suatu keadaan seseorang
dikuasai oleh roh jahat, yakni yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan diri
dan merugikan diri sendiri atau orang lain, seperti menyerang atau kena
guna-guna. Kepercayaan seperti ini juga banyak dijumpai di hampir semua kultur
di Indonesia.
Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai
di negara dunia ketiga, studi epidemiologi possesion telah dilaporkan
berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Kesurupan menurut Dr Dadang
Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang
mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di
sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental. Tetapi
kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance
disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi,
dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa).
Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu
perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh
penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh
suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan
kambuh-kambuhan.Kesurupan adalah gejala kejiwaan. Menurut pratiknya, kesurupan
hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya
jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Kesurupan adalah salah satu
keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat
industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang
menyimpang. Kejadian kesurupan sering kali berulang dan kambuh-kambuhan.
Setelah sadar kembali dan tenang baru dapat dilakukan berbagai intervensi
misalnya psikoterapi untuk membantu mengatasi masalah atau stres yang
melatarbelakanginya.
Kemampuan yang perlu ditingkatkan pada para korban
kesurupan adalah mengajar dan melatih korban mengelola stres dan konflik dengan
cara yang baik dan benar. Artinya, bila di kemudian hari mengalami stres atau
konflik, atau diberi tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya tidak lagi
dengan kesurupan, tetapi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, perlu
pula meningkatkan toleransi terhadap stres.
Comments
Post a Comment